Penawaran Tenaga Kerja di
Indonesia
Kondisi kerja yang baik, kualitas
output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia adalah
persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping
masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usahaMasalah tenaga
kerja adalah masalah yang sangat kompleks dan besar. Kompleks karena masalahnya
mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi
dengan pola yang tidak selalu mudah dipahami contohnya adalah Kondisi kerja
yang baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber
daya manusia adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang
tenaga kerja disamping masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia
usaha . Besar karena menyangkut jutaan jiwa. Untuk menggambarkan masalah tenaga
kerja dimasa yang akan datang tidaklah gampang karena disamping mendasarkan
pada angka tenaga kerja di masa lampau, harus juga diketahui prospek produksi
di masa mendatang. Kondisi kerja yang baik, kualitas output yang tinggi, upah
yang layak serta kualitas sumber daya manusia adalah persoalan yang selalu
muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah hubungan
industrial antara pekerja dengan dunia usaha
Titik fokus pembahasan pada
kali ini, adalah untuk
mengetahui pengaruh upah terhadap jam kerja yang dikaitkan dengan berbagai
karakteristik individu tenaga kerja seperti pendidikan, umur, jenis kelamin dan
tempat tinggal. Di
samping karakteristik individu tersebut juga dikaitkan dengan karakteristik
secara makro seperti rasio ketergantungan, produk domestik regional bruto dan
nilai investasi, yang kemudian disebut variabel kontekstual. Ruang lingkup pembahasan ini dibatasi pada analisis penawaran tenaga
kerja secara individu (invidual labor supply).
Pembahasan ini didasarkan pada dua literatur utama.
yakni teori ekonomi rumah tangga (New-Homes Economics) dan teori penawaran
tenaga kerja (Economics Labor Supply) dalam aspek mikro. New-homes ecomics
didasari konsep Utility, sedangkan konsep individual labor supply berkaitan
dengan konsep biaya alternatif (opportunity cost), Kedua konsep tersebut, akan
melahirkan konsep efek subtitusi (subtitution effect) dan efek pendapatan
(income effect). Perpaduan antara kedua konsep ini akan melahirkan, apakah
individu akan menambah alokasi waktu untuk bekerja atau tidak. Seandainya pun
harga jasa tenaga kerja (upah/gaji) mengalami peningkatan (asumsi leisure
merupakan barang normal), maka belum tentu individu menambah jam kerjanya. Hal
tersebut sangat tergantung pada utility yang diterima jika dia mengkonsumsi jam
leisure lebih sedikit dan juga tergantung opportunity cost-nya jika dia
melepaskan sejumlah jam kerjanya yang sudah dia miliki sebelumnya.
Dari
latar belakang teori inilah muncul, Bak-ward Bending Supply Curve dalam fungsi
penawaran tenaga kerja, yang dimulai dari arah positif kemudian berubah menjadi
negatif setelah harga leisure menjadi lebih terjangkau.
Dapat
dilihat gambar dari Bak-ward Bending Supply Curve:
Penawaran
Tenaga Kerja
Penawaran tenaga kerja adalah
jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap
kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu. Dalam teori klasik sumberdaya
manusia (pekerja) merupakan individu yang bebas mengarnbil keputusan untuk
bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah jam kerja
yang diinginkannya. Teori ini didasarkan pada teori tentang konsumen, dimana
setiap individu bertujuan untuk memaksimumkan kepuasan dengan kendala yang
dihadapinya.
Menurut G.S Becker (1976),
Kepuasan individu bisa diperoleh melalui konsumsi atau menikmati waktu luang
(leissure). Sedang kendala yang dihadapi individu adalah tingkat pendapatan dan
waktu. Bekerja sebagai kontrofersi dari leisure menimbulkan penderitaan,
sehingga orang hanya mau melakukan kalau memperoleh kompensasi dalam bentuk
pendapatan, sehingga solusi dari permasalahan individu ini adalah jumlah jam
kerja yang ingin ditawarkan pada tingkat upah dan harga yang diinginkan.
Kombinasi waktu non pasar dan
barang-barang pasar terbaik adalah kombinasi yang terletak pada kurva
indefferensi tertinggi yang dapat dicapai dengan kendala tertentu. sebagaimana
gambar 3, kurva penawaran tenaga kerja mempunyai bagian yang melengkung ke
belakang. Pada tingkat upah tertentu penyediaan waktu kerja individu akan
bertambah apabila upah bertembah (dariW ke W1). Setelah mencapai upah tertentu
(W1), pertambahan upah justru mengurangi waktu yang disediakan oleh individu
untuk keperluan bekerja (dari W1 ke WN). Hal ini disebut Backward Bending
Supply Curve.
Permintaan
dan Penawaran Tenaga Kerja serta Upah :
Jam yang disediakan tenaga kerja
Layard dan Walters (1978), menyebutkan bahwa keputusan individu untuk menambah
atau mengurangi waktu luang dipengaruhi oleh tingkat upah dan pendapatan non
kerja. Adapun tingkat produktivitas selalu berubah-rubah sesuai dengan fase
produksi dengan pola mula-mula naik mencapai puncak kemudian menurun.
Semakin besar elastisitas
tersebut semakin besar peranan input tenaga kerja untuk menghasilkan output,
berarti semakin kecil jumlah tenaga kerja yang diminta. Sedangkan untuk
menggambarkan pola kombinasi faktor produksi yang tidak sebanding (Variable
proportions) umumnya digunakan kurva isokuan (isoquantities) yaitu kurva yang
menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi (tenaga kerja dan kapital)
yang menghasilkan volume produksi yang sama. Lereng isokuan menggamblfncan laju
substitusi teknis marginal atau marginal Rate of Technical Substitution atau
dikenal dengan istilah MRS. Hal ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara
faktor tenaga kerja dan kapital yang merupakan lereng dari kurva isoquant Upah
Gambar 3
Penawaran Tenaga Kerja
Studi ini menggunakan data mentah
(row data) Shpas 1995, Jumlah sampel sebanyak 49.816 observasi; terdiri atas
22.105 tenaga.kerja yang bekerja dan mempunyai informasi jam kerja dan sebanyak
4.793 di antara yang bekerja berstatus buruh/karyawan. Di samping menggunakan
data individu Supas 1995 juga menggunakan data kelompok, yaitu masing-masing
PDRB harga konstan 1993 tahun 1995, nilai investasi tahun 1994, dan rasio
ketergantungan tahun, masing-masing menurut daerah di Indonesia.
Unit analisis dalam penelitian
ini adalah tenaga kerja yang bekerja dan berstatus buruh/karyawan. Untuk
mengestimasi- fungsi penawaran tenaga kerja yang diduga berbentuk Bakward Bending
Supply Cuve, digunakan model regresi dengan metode OLS. Variabel utama adalah
jam kerja dan upah. Sedangkan variabel pendidikan, umur, jenis kelamin dan
tempat tinggal merupakan variabel kontrol. Rasio Ketergantungan merupakan
variabel kontekstual.
Penelitian ini berhasil menemukan
pola penawaran tenaga kerja berbentuk parabola, mengikuti model teoretis, yakni
pada awalnya arahnya positif, namun setelah mencapai backward bending supply
curve hubungan antara jam kerja dengan upah berubah menjadi negatif.
Terdapat hubungan yang singnfikan
antara jam kerja dengan masing-masing variabel upah, pendidikan, umur, jenis
kelamin, tempat tinggal dan rasio ketergantungan pada taraf alpha 0,05.
Pola hubungan antara umur dengan
jam kerja berbentuk parabola, mirip huruf U terbalik, yakni pada umur yang
relatif muda hubungan antara umur dengan jam kerja positif, tetapi setelah umur
semakin tua hubungannya menjadi negatif Hubungan tersebut menyerupai pola APAK
(Angka Partisipasi Angkatan Kerja) secara universal.
Rata-rata jam kerja masing-masing
kelompok tenaga kerja yang berpendidikan di bawah SD, tamat SD dan tamat SLTP
lebih tinggi daripada rata-rata jam kerja yang berpendidikan SLTA ke atas.
Rata-rata jam kerja laki-laki lebih tinggi daripada rata-rata jam kerja
perempuan Demikian halnya, rata-rata jam kerja di daerah perkotaan lebih tinggi
daripada di pedesaan. Rasio ketergantungan berhubungan negatif dengan jam kerja
yang ditawarkan ke pasar kerja.
Kesimpulan
Dapat dikatakan
ketenagakerjaan di Indonesia hingga kini masih menghadapi beberapa
ketidakseimbangan baik struktural ataupun sektoral. Dalam hubungan ini, maka
salah satu sasaran yang perlu diusahakan adalah meningkatkan daya guna tenaga
kerja. Untuk mewujudkan pendayagunaan tenaga kerja maka perlu dilaksanakan
berbagai kebijaksanaan perluasan lapangan kerja produktif. Sasaran utama
kebijaksanaan adalah menciptakan kondisi dan suasana yang bukan saja memberi
ruang gerak inisiatif yang sebesar-besarnya kepada para pelaku ekonomi tetapi
juga sekaligus mendorong serta membantu perkembangan usaha-usaha kecil,
usaha-usaha di sektor informal dan usaha-usaha tradisional. Permintaan Tenaga
kerja, Penawaran Tenaga Kerja Serta Upah secara teoretis harus diperhatikan
agar kebijakan-kebijakan yang dilakukan mendekati tujuan yang diinginkan.
Penelitian ini berhasil menemukan pola penawaran tenaga kerja berbentuk
parabola, mengikuti model teoretis, yakni pada awalnya arahnya positif, namun
setelah mencapai backward bending supply curve hubungan antara jam kerja dengan
upah berubah menjadi negatif.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar