Kamis, 19 Desember 2013

DAMPAK AFTA TERHADAP INDONESIA PADA UMUMNYA, PADA SEKTOR RIIL DAN SEKTOR TENAGA KERJA PADA KHUSUSNYA

MAKALAH TEORI EKONOMI
DAMPAK AFTA TERHADAP INDONESIA PADA UMUMNYA, PADA SEKTOR RIIL DAN SEKTOR TENAGA KERJA PADA KHUSUSNYA


Disusun oleh :
Amalia Nurul Hidayah
Anda Putra
Icha Tifany
Ismi Alawiyah
Putri Nadila Humairoh
SMAK - 06

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma

DAMPAK AFTA TERHADAP INDONESIA PADA UMUMNYA, PADA SEKTOR RIIL DAN SEKTOR TENAGA KERJA PADA KHUSUSNYA
Pada masa ini tak ada satu pun negara bisa menghindarkan diri dari arus globalisasi sebagaimana ditulis oleh ekonom ternama, peraih nobel ekonomi, Joseph Stiglitz, dalam buku Making Globalization Work (2006). Asia diramalkan akan menjadi kekuatan ekonomi baru. Asia akan tumbuh menjadi emerging market yang disokong oleh Cina, India dan Asia Tenggara.

Analisis Pengarus Elastisitas Harga terhadap Demand and Supply pada Produk Tersier

MAKALAH TEORI EKONOMI
Analisis Pengarus Elastisitas Harga terhadap Demand and Supply pada Produk  Tersier

Disusun oleh :
Amalia Nurul Hidayah
Anda Putra
Icha Tifany
Ismi Alawiyah
Putri Nadila Humairoh
SMAK - 06

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
Produk tersier

Elastisitas adalah derajat kepekaan perubahan barang yang diminta atau ditawarkan akibat perubahan dari harga barang tersebut. Koefisien elastisitas dibagi menjadi elastisitas harga permintaan, elastisitas harga penawaran, elastisitas silang, dan elastisitas pendapatan. Elastisitas harga permintaan atau penawaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Kete

PENGARUH KENAIKAN BBM TERHADAP M1, M2, DAN PENDAPATAN NASIONAL


MAKALAH TEORI EKONOMI
PENGARUH KENAIKAN BBM TERHADAP M1, M2, DAN PENDAPATAN NASIONAL


Disusun oleh :
Amalia Nurul Hidayah
Anda Putra
Icha Tifany
Ismi Alawiyah
Putri Nadila Humairoh
SMAK - 06

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma




PENGARUH KENAIKAN BBM TERHADAP M1, M2, DAN PENDAPATAN NASIONAL

Harga BBM di Indonesia, tergolong cukup tinggi diantara negara – negara lain di sekitarnya. Hal ini juga disebabkan oleh kenaikan harga BBM yang tidak hanya terjadi sekali di Indonesia. Kenaikan harga BBM termasuk ke dalam salah satu kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengatur perekonomian. Berdasarkan data dari Kementrian ESDM, Indonesia telah mengalami kenaikan harga BBM setidaknya 12 x pada pemerintahan Soekarno, 18 x pada pemerintahan Soeharto, 1 x pada pemerintahan B. J. Habibie, 1 x pada pemerintahan Abdurrahman Wahid,  2 x pada pemerintahan Megawati (disertai 7x penyesuaian harga), dan 4 x pada dua periode pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Analisis Pengaruh Kenaikan Harga Emas Terhadap Sektor Moneter

MAKALAH TEORI EKONOMI

Analisis Pengaruh Kenaikan Harga Emas Terhadap Sektor Moneter


Disusun oleh :
Amalia Nurul Hidayah
Anda Putra
Icha Tifany
Ismi Alawiyah
Putri Nadila Humairoh
SMAK - 06

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma


Analisis Pengaruh Kenaikan Harga Emas Terhadap Sektor Moneter
Judul: Pengaruh Harga Emas Terhadap IHSG Sektor Pertambangan di BEI
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga emas dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor pertambangan di BEI periode tahun 2010.

Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara tersebut. Karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatakan pergerakan partisipasi masyarakat dalam pergerakkan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Dengan kata lain pasar modal memiliki peranan penting bagi perekonomian negara karena pasar modal memiliki dua fungsi yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor (Adrian Agung, 2010).

Analisis Pengarus Elastisitas Harga terhadap Demand and Supply pada Produk Sekunder


MAKALAH TEORI EKONOMI
Analisis Pengarus Elastisitas Harga terhadap Demand and Supply pada Produk  Sekunder

Disusun oleh :
Amalia Nurul Hidayah
Anda Putra
Icha Tifany
Ismi Alawiyah
Putri Nadila Humairoh
SMAK - 06

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma

Produk sekunder
Elastisitas adalah derajat kepekaan perubahan barang yang diminta atau ditawarkan akibat perubahan dari harga barang tersebut. Koefisien elastisitas dibagi menjadi elastisitas harga permintaan, elastisitas harga penawaran, elastisitas silang, dan elastisitas pendapatan. Elastisitas harga permintaan atau penawaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Analisis Pengarus Elastisitas Harga terhadap Demand and Supply pada Produk Primer

MAKALAH TEORI EKONOMI

Analisis Pengarus Elastisitas Harga terhadap Demand and Supply pada Produk  Primer


Disusun oleh :
Amalia Nurul Hidayah
Anda Putra
Icha Tifany
Ismi Alawiyah
Putri Nadila Humairoh
SMAK - 06

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma

Analisis Pengaruh Elastisitas Harga terhadap Demand and Supply pada Produk  Primer
Makin meluasnya penggunaan matematika dalam ilmu ekonomi telah memungkinkan para ekonom memuaskan rasa ingin tau tentang hubungan sebab-akibat, aksi-reaksi antara satu variable dengan variable lain. Berapa persen satu variable akan berubah, bila satu variable lain berubah sebesar satu persen? Analisis ini disebut analisis sensitivitas atas elastisitas. Angka elastisitas (koefisien elastisitas) merupakan bilagan yang menunjukkan berapa persen satu variable tak bebas akan berubah, sebagai reaksi karena satu variable lain (variable bebas) berubah satu persen.

Elastisitas adalah derajat kepekaan perubahan barang yang diminta atau ditawarkan akibat perubahan dari harga barang tersebut. Koefisien elastisitas dibagi menjadi elastisitas harga permintaan, elastisitas harga penawaran, elastisitas silang, dan elastisitas pendapatan. Elastisitas harga permintaan atau penawaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
E    : elastisitas.
ΔQ : selisih (perbedaan) jumlah barang.
ΔP : selisih (perbedaan) harga barang.
P    : harga mula-mula.
Q   : jumlah barang mula-mula.

Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan (Price elasticity of demand) adalah derajat kepekaan pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang yang diminta. Dengan kata lain elastisitas harga permintaan merupakan perbandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan harga barang.

Elastisitas harga yang berpengaruh terhadap produk primer adalah :
Elastisitas kesatuan/Uniter (E=1) adalah terjadinya perubahan tingkat harga mengakibatkan perubahan jumlah permintaan pada tingkat prosentase yang sama.


Grafik di atas menggambarkan ΔQ = ΔP, terjadi pada barang-barang biasa atau barang primer.
∆ Q merupakan selisih antara Q(quantitas barang ke 1)  dan Q2 , (quantitas barang ke 2)
∆ P merupakan selisih antara P1  ( harga barang ke 1 ) dan P2 ( harga barang ke 2)
Apabila selisih antara delta tersebut mempunyai kesamaan, maka disebut elastisitas uniter.
Elastisitas uniter menggambarkan pengaruh permintaan dan penawaran pada produk primer.


Menurut Pratma Rahardja dan Mandala Manurun, faktor – faktor yang mempengaruhi elastisitas harga: 


  1. Tingkat substitusi.
Makin sulit mencari substitusi suatu barang, permintaan makin inelastis. Beras bagi masyarakat Indonesia sulit dicari substitusinya, karena itu permintaan beras inelastis. Garam tidak mempunyai substitusi, oleh karena itu permintaannya inelastis sempuma. Walaupun harganya naik banyak, orang tetap membelinya, dan seandainya harganya turun banyak, orang tidak lantas akan memborong garam.

  1. Jumlah pemakai.
Makin banyak jumlah pemakai, permintaan akan suatubarang makin inelastis. Hampir semua suku bangsa di Indonesia mengonsumsi beras sebagai makanan pokok. Ini penjelasan lain mengapa permintaan beras di Indonesia, inelastis. Penjelasan ini sebenamya menunjukkan bahwa elastisitas harga dipengaruhi oleh pokok tidaknya suatu barang bagi kita. Semakin pokok suatu barang, semakin inelastis permintaannya. Namun, pokok tidaknya suatu barang adalah relatif. Pesawat televisi, misalnya, bagi orang-orang di kota mungkin sekali termasuk barang kebutuhan pokok (selain sebagai media hiburan juga sebagai media informasi yang sangat penting), tetapi bagi masyarakat desa merupakan barang mewah, sehingga pembeliannya dapat ditunda bila harganya naik.

  1. Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen.
Bila proporsi tersebut besar, maka permintaan cenderung lebih elastis. Contohnya adalah garam dan TV. Meskipun harga garam naik 50%, kenaikan tersebut mungkin hanya Rp1.000,00, yang merupakan bagian sangat kecil dari pendapatan sebagian besar keluarga. Sebaliknya, kenaikan harga TV sebesar 5%, dalam jumlah nominal uang bisa Rp125.000,00 dan cukup menyebabkan sejumlah keluarga menunda pembeliannya sampai tahun depan.

  1. Jangka waktu.
Jangka waktu permintaan atas suatu barang juga mempunyai pengaruh terhadap elastisitas harga. Namun hal ini tergantung pada apakah barangnya durable atau nondurabel. Selanjutnya mengenai pengaruh jangka waktu terhadap elastisitas akan diuraikan dalam butir 3 di belakang, yaitu mengenai Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang.

Macam-macam bentuk grafik Elastisitas Permintaan (Elastisitas permintaan terhadap harga) dan nilai Elastisitasnya :


Kemiringan (slope) kurva permintaan menentukan nilai elastisitas dengan catatan bahwa skalanya sama.

Elastisitas Permintaan dan Penerimaan
Total Penerimaan adalah perkalian antara harga dengan jumlah yang diminta (P X Q) . Perhatikan pada kurva elastisitas berikut ini:


Kesimpulannya adalah:
Bila permintaan bersifat elastis terhadap harga maka penurunan harga akan meningkatkan total penerimaan
Bila permintaan bersifat inelastis terhadap harga maka penurunan harga akan mengurangi total penerimaan

Bila elastisitas permintaan terhadap harga bernilai 1 maka penurunan ataupun kenaikan harga tidak akan menyebabkan perubahan total penerimaan

Sumber :
Rahardja Prathama, Manurung Mandala. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta. FE UI




Kamis, 12 Desember 2013

Konsep Backward Bending Supply di Sektor Tenaga Kerja



Penawaran Tenaga Kerja di Indonesia

Kondisi kerja yang baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usahaMasalah tenaga kerja adalah masalah yang sangat kompleks dan besar. Kompleks karena masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi dengan pola yang tidak selalu mudah dipahami contohnya adalah Kondisi kerja yang baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha . Besar karena menyangkut jutaan jiwa. Untuk menggambarkan masalah tenaga kerja dimasa yang akan datang tidaklah gampang karena disamping mendasarkan pada angka tenaga kerja di masa lampau, harus juga diketahui prospek produksi di masa mendatang. Kondisi kerja yang baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha
Titik fokus pembahasan pada kali  ini, adalah untuk mengetahui pengaruh upah terhadap jam kerja yang dikaitkan dengan berbagai karakteristik individu tenaga kerja seperti pendidikan, umur, jenis kelamin dan tempat tinggal. Di samping karakteristik individu tersebut juga dikaitkan dengan karakteristik secara makro seperti rasio ketergantungan, produk domestik regional bruto dan nilai investasi, yang kemudian disebut variabel kontekstual. Ruang lingkup pembahasan  ini dibatasi pada analisis penawaran tenaga kerja secara individu (invidual labor supply).

Konsep Budget & Kepuasan Optimal



Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Siswa Bimbingan Belajar di Bandar Lampung

Pembahasan  ini bertujuan untuk mengetahui kualitas jasa dan kepuasan konsumen Progran Pendidikan Jenjang SMA pada siswa Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Belajar Al Qolam Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey. Populasi penelitian ini berjumlah 390 siswa dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 80 siswa. Data dikumpulkan dengan angket dan dianalisis dengan regresi. Berdasarkah hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) kualitas jasa pendidikan belum memuaskan, (b) ada pengaruh tangible, empathy, reliability, responsiveness, assurance terhadap kepuasan konsumen pada Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Belajar Bandar Lampung,.
 Konsumen/ siswa akan merasa puas apabila semua proses belajar mengajar sesuai dengan kurikulum berlaku dan dilengkapi dengan fasilitas belajar yang optimal. Lembaga pendidikan dalam memberikan pelayanan kepada siswa hendaknya sesuai dengan isi brosur. Namun masih terdapat lembaga pendidikan yang dalam memberikan pelayanan tidak sesuai dengan isi brosur. Contohnya dalam brosur tertulis, ”pelayanan belajar akan diberikan dengan melengkapi fasilitas mengajar yang optimal” tetapi dalam kenyataannya fasilitas belajar yang diberikan tidak berjalan secara optimal. Hal ini dapat membuat konsumen/ siswa merasa kecewa atau tidak puas akan pelayanan yang diberikan. Dalam hal ini, lembaga pendidikan perlu mempehatikan pelayanan yang diberikan kepada konsumennya agar siswa/ konsumen merasa puas.

Konsep Flow dan Leakage dalam Aliran Ekonomi



Kebocoran Ekonomi  dalam Pariwisata

Dalam tulisan ini berisi tentang kebocoran yang terjadi dalam ekonomi pariwisata. Kebocoran dalam pariwisata terjadi ketika pendapatan dari kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan pariwisata di negara-negara tujuan yang tidak tersedia untuk  reinvestasi atau konsumsi barang dan jasa di negara-negara yang sama. Kebocoran ekonomi dapat eksternal, internal, terlihat kebocoran, di mana ketiga jenis kebocoran disebabkan oleh faktor yang berbeda. Kebocoran yang tak terelakkan dalam kondisi pasar bebas atau liberalisasi perdagangan saat ini, kebocoran ekonomi namun dapat diminimalkan dengan berbagai cara dan strategi. Strategi terbaik adalah struktur clusture strategi yang harus diterapkan oleh pemerintah melalui perjanjian internasional, baik yang dilakukan pada tingkat ekspor, tingkat pemasok, serta tingkat input ekonomi dapat diatur sedemikian rupa untuk mengurangi atau meminimalkan kebocoran ekonomi.

Kebocoran pada sektor pariwisata
Intinya adalah sebagian uang yang dibelanjakan oleh wisatawan asing atau wisatawan luar daerah yang tidak dibelanjakan oleh wisatawan asing atau wisatawan luar daerah yang tidak dibelanjakan dan tidak memberikan pengaruh pada perekonomian suatu daerah pariwisata setempat (Oka AYoeti, 2008). Kebocoran ekonomi ini tidak akan dapat dihilangkan, namun hal yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah meminimalisir besaran dari kebocoran ekonomi itu sendiri. 

Konsep 4 Pelaku Ekonomi



Analisis Perekonomian 4 Sektor

Perekonomian 4 sektor atau yang lebih dikenal dengan perekonomian terbuka, atau ada hubungan perekonomian yang lebih luas, yaitu hubungan antar-negara.  Analisis perekonomian terbuka merupakan suatu analisis mengenai penentuan tingkat kegiatan ekonomi (pendapatan nasional) suatu negara dengan mempertimbangkan pengaruh dari kegiatan ekspor dan impor Negara tersebut. Dengan demikian dalam analisis ini muncul dua aliran baru dalam sirkulasi aliran pendapatan yakni aliran pendapatan yang diterima dari mengekspor dan aliran pengeluaran untuk membeli barang yang diimpor dari negara lain. Pengeluaran sektor luar negeri ini berupa ekspor (X) dan impor (M) dan selisih antara nilai ekspor dengan nilai impor (X-M) disebut dengan ekspor netto.

Konsep 2 Pelaku Ekonomi

Analisis Pendapatan Nasional Dua Sektor

Pelaku ekonomi adalah individu-individu atau lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses kegiatan ekonomi baik produksi, distribusi, maupun konsumsi. Yang berperan dalam pelaku ekonomi adalah rumah tangga, masyarakat, perusahaan/sektor usaha dan pemerintah. Pemerintah selain sebagai pelaku ekonomi juga berperan aktif sebagai pengawas, kontroler dan koordinator dalam kegiatan ekonomi agar tercipta iklim yang kondusif.
Perekonomian suatu negara digerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum dikelompokkan kepada empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah dan ekspor-impor. Untuk mempermudah dalam menganalisis pendapatan nasional, maka pada tahap awal dilakukan analisis pendapatan nasional dua sektor. Dalam pendekatan ini, perekonomian diasumsikan hanya digerakkan oleh 2 (dua) orang pelaku kegiatan ekonomi, yaitu rumah tangga dan swasta.
Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor
Bentuk yang sederhana dari analisis pendapatan nasional adalah analsis dua sektor. Bentuk ini mengasumsikan bahwa dalah perekonomi terdapat dua pelaku ekonomi yaitu rumah tangga dan swasta (perusahaan). Dalam perekonomian, sektor swasta merupakan satu-satunya produsen barang dan jasa, dan proses produksi dilaksanakan dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh rumah tangga. Faktor produksi tersebut antara lain tanah, tenaga kerja, modal dan entrepreneurship (kewirausahaan). Penghasilan yang diperoleh rumah tangga dari menjual faktor-faktor produksi terdiri dari sewa (pendapatan dari tanah), bunga (pendapatan dari kapital), upah (pendapatan dan tenaga kerja) dan profit (pendapatan dari entrepreneurship).

Konsep Flow dan Konjungtur





Dampak  Krisis Finansial Amerika terhadap  Krisis Financial Indonesia Sebagai Akibat Konjungtur Perekonomian Global



Isu resesi belakangan ini banyak menjadi wacana masyarakat internasional, semenjak merebaknya berita perlambatan ekonomi di Amerika Serikat. Melambatnya ekonomi Amerika Serikat pada akhir tahun 2007 yang lalu mendorong spekulasi bahwa Amerika Serikat berada di ambang resesi, terutama dampak krisis kredit yang telah meluas dari sektor perumahan (saat ini berada dalam kondisi resesi) ke sektor manufaktur dan mengarah ke sektor tenaga kerja. Menghadapi situasi global yang sering tidak menentu, terutama sejak dua tahun terakhir ini, tampaknya pemerintah Indonesia telah melakukan persiapan untuk mengantisipasi. Sehingga dampaknya tidak begitu terasa bagi Indonesia. Pemerintah Indonesia telah berusaha meletakkan fondasi ekonomi dengan cara meningkatkan investasi secara integral.
Tulisan ini berusaha mendeskripsikan secara sederhana gejolak global yang saat ini sedang marak dan menjadi sorotan publik maupun pergunjingan para analis ekonomi seluruh  dunia. Dalam tulisan ini dipaparkan secara sederhana tentang gejolak ekonomi dunia, krisis ekonomi Amerika Serikat, sikap negara-negara maju, dan prospek perekonomian Indonesia sebagai konjungtur perekonomian global.

Kamis, 28 November 2013

PROYEKSI SEKTOR PROPERTI PADA TAHUN 2014 - 2015


TUGAS TEORI EKONOMI 1
ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PROPERTI PADA TAHUN 2014 - 2015

DISUSUN OLEH :
1.       AMALIA NURUL HIDAYAH (20212684)
2.       ANDA PUTRA (20212734)
3.       ICHA TIFANY (23212537)
4.       ISMI ALAWIYAH (23212843)
5.       PUTRI NADILLA HUMAIROH (25212777)
SM AK 06-03


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI

2013




A.    PERKEMBANGAN INDUSRTI SEKTOR PROPERTI

Krisis tahun 1998 sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah sector property. Sejak tahun 2003, pertumbuhan bisnis properti nasional tidak bisa dibendung lagi. Puncaknya terjadi tahun 2005, dengan nilai kapitalisasi bisnis properti Rp 91,01 triliun. Atau meningkat hampir sepuluh kali lipat dibandingkan dengan nilai kapitalisasi tahun 2000 yang ”hanya” Rp 9,51 triliun.



Pada kurun waktu 2005 – 2009 pertumbuhan sector property tidak seimbang antara pengembangan properti kelas menengah dan atas pada tahun 2005 harus direm hingga tercapai keseimbangan antara properti kelas atas dan kelas menengah ke bawah.

Faktanya hanya dalam kurun waktu dua tahun (2007-2009), tidak kurang dari 33.000 unit rumah susun sederhana milik (rusunami) diluncurkan. Jika harga rusunami itu rata-rata Rp 175 juta per unit nilai kapitalisasi dari proyek rusunami saja mencapai Rp 5,7 triliun.

Yang lebih fantastis, para pengembang juga terus merancang berbagai megaproyek properti lewat superblok. Meski laju inflasi tahun 2008 cukup tinggi, yakni mencapai sekitar 12 persen, akibat kenaikan harga komoditas pangan internasional dan penyesuaian harga BBM di pasar domestik, pemerintah, Bank Indonesia, dan kalangan perbankan pada umumnya merasa sangat yakin bahwa laju inflasi akan kembali mereda pada tahun 2009.

Hal itulah yang membuat para pengembang sama sekali tak merasa ragu untuk terus meluncurkan proyek-proyek propertinya. Dengan demikian, bisnis properti yang terus bergairah sejak tahun 2002 akan menemukan momentum untuk mencapai booming pada tahun 2010-2011. Fenomena seperti itu benar- benar merupakan sebuah anomali dalam sejarah bisnis properti Indonesia, bahkan dunia. Sebab, di mana pun juga tidak ada sebuah sektor ekonomi yang mampu terus-menerus selama satu dekade. Selalu ada proses alamiah yang membuat suatu usaha berkembang lalu jeda sesaat atau melemah untuk kemudian tumbuh lagi.

Salah satu faktor yang membuat para pengembang semakin bersemangat membangun proyek-proyek propertinya adalah keyakinan bahwa pemerintah baru pada tahun 2009 akan membuat kebijakan terobosan. Salah satunya adalah membuka akses yang lebih luas bagi investor asing untuk masuk ke bisnis property nasional.


Tak heran jika para pengembang terus meluncurkan proyek-proyek properti terpadu yang sangat prestisius, seperti StMoritz dengan nilai investasi Rp 11 triliun, Kemang Village (Rp 12 triliun), Ciputra Mall (Rp 14 triliun), Kuningan City (Rp 6 triliun), Kota Casablanca (Rp 7 triliun), Gandaria City (Rp 6,5 triliun) dan Tangerang City (Rp 4,4 triliun). Semua proyek properti itu seakan-akan merupakan antisipasi para pengembang menyambut hadirnya investor asing ke bisnis properti nasional pada kurun waktu 2009 dan seterusnya.

Selain itu lemahnya infrastruktur Jakarta menyebabkan kemacetan tak dapat terhindari. Dengan demikian, terbentuklah kelompok masyarakat yang lebih mementingkan kedekatan dengan tempat bekerja yang umumnya berada di pusat kota. Mereka bersedia untuk tinggal di dalam kota hal ini mendorong pertumbuhan permintaan apartemen. Akibatnya apartemen pun menjamur di Jakarta.


DATA STATISTIKA UNTUK ACUAN ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PROPERTI TAHUN 2014 - 2015







PENGARUH
Berdasarkan kurva diatas BI Rate (ie) pada tahun 2012 bernilai 5,77 % dan naik menjadi 11% pada tahun 2013. Oleh karena itu permintaan uang turun  (Permisalan M1 Awal : 8 juta, M1 Akhir : 4 juta) dari 8 juta lembar menjadi 4 juta lembar uang rupiah. Hal ini menyebabkan efek pada sektor rill :

.      Putaran 1


Bunga pinjaman yang naik menyebabkan modal usaha berkurang. Kemampun berproduksi menurun sehingga menyebabkan kelangkaan. Oleh karena itu harga barang naik dan kemampuan konsumen untuk membeli akan turun. Dengan kata lain kurva permintaan (demand) bergeser ke kiri bawah atau turun.

     Putaran 2


Akibat permintaan barang menurun, laba yang didapat perusahaan kecil. Oleh sebab itu, produsen melakukan alternativ (baik penurunan kualitas, maupun penurunan jumlah barang/ kemasan) sebagai pilihan untuk mengurangi biaya produksi sehingga harga barang menurun. Harga yang berkurang tersebut menyebabkan daya beli konsumen meningkat kembali. Kenaikan permintaan menyebabkan produsen berkesempatan memproduksi dan menjual barang lebih banyak. Di samping itu, produsen lain yang melihat peluang ini akan ikut memproduksi barang. Hal-hal tersebut akan menyebabkan harga barang kembali naik. Dengan kata lain, kurva penawaran (supply) dan terus bergeser ke kiri atas atau naik.

B.    PREDIKSI SEKTOR PROPERTI TAHUN 2014 -2015

Seiring berkembangnya sektor properti yang pertumbuhannya mencapai 13 persen tahun ini, membuat sektor properti menjadi salah satu sektor yang  berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.  Karenamenurut Menteri Perindustrian MS Hidayat, sektor properti ini ditopang lebih dari 150 produk industri.
"Terdapat sekitar 175 produk industri yang terkait dengan sektor properti, seperti industri baja, aluminium, semen, keramik, batu bata, genteng, baja, kaca, kayu, cat, furnitur, alumunium, peralatan rumah tangga, alat kelistrikan, tekstil, AC, elektronik, konsumsi dan masih banyak lagi,” katanya di Jakarta, Selasa (26/11/2013).
Menurutnya, sektor properti saat ini memiliki efek ganda atau multiplier effect yang besar. Sehingga dapat mendukung tumbuhnya industri pendukung lainnya.
Namun perkembangan sektor properti yang begitu cepat sebenarnya dapat memicu terjadinya krisis. "Di suatu negara krisis itu yang menyebabkan adalah sektor properti, kenaikan harga cepat, dan pertumbuhan cepat," ujar Asisten Gubernur BI, Mulia Siregar di Hotel Gran Mulia, Jakarta, Selasa (26/11/2013).
Untuk menanggapinya Bank Indonesia menerapkan peraturan baru yaituloan to value/LTV dan larangan inden yang tidak hanya menekan permintaan, tetapi juga membatasi penawaran. Sehingga dapat di prediksi tingkat property akan melambat. Peraturan itu juga melarang bank meyalurkan KPR untuk rumah yang dibeli secara inden.
Hal ini pun diakui oleh Meski kami optimistis target marketing sales tahun ini dapat dicapai, kami menurunkan proyeksi marketing sales untuk tahun 2014 dan 2015 untuk memfaktorkan resiko perlambatan akibat peraturan BI itu," seperti dikutip dalam ulasan PT Samuel Sekuritas.
Kenaikan kinerja properti dalam tiga tahun terakhir ini ditopang dari kebijakan suku bunga acuan rendah, inflasi stabil, dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun, perubahan sejak pertengahan 2013 membuat pertumbuhan properti melambat.
Berdasarkan fakta – fakta di atas, menurut kelompok kami, prediksi pada tahun 2014 – 2015 pada sektor property adalah :
a.      Pengaruh Pasar Sektor Riil

Putaran 1

Dengan anya kebijakan loan to value/LTV dan larangan inden diperkirakan pada tahun 2014 – 2015 sektor property akan mengalami penurunan perkembangan. Selain itu kemungkinan dalam rangka menguatkan kebijakan itu Bank Indonesia akan meningkatkan BI rate dengan tujuan yang sama yaitu, menekan pertumbuhan sector property. Selanjutnya proses yang terjadi akan sama seperti  yang terjadi pada tahun 2012 – 2013.
Bunga pinjaman yang naik menyebabkan modal usaha berkurang. Kemampun berproduksi menurun sehingga menyebabkan kelangkaan. Oleh karena itu harga barang naik dan kemampuan konsumen untuk membeli akan turun. Dengan kata lain kurva permintaan (demand) bergeser ke kiri bawah atau turun.

Putaran 2

Akibat permintaan barang menurun, laba yang didapat perusahaan kecil. Oleh sebab itu, produsen melakukan alternativ (baik penurunan kualitas, maupun penurunan jumlah barang/ kemasan) sebagai pilihan untuk mengurangi biaya produksi sehingga harga barang menurun. Harga yang berkurang tersebut menyebabkan daya beli konsumen meningkat kembali. Kenaikan permintaan menyebabkan produsen berkesempatan memproduksi dan menjual barang lebih banyak. Di samping itu, produsen lain yang melihat peluang ini akan ikut memproduksi barang. Hal-hal tersebut akan menyebabkan harga barang kembali naik. Dengan kata lain, kurva penawaran (supply) dan terus bergeser ke kiri atas atau naik.

b.      Pengaruh Pasar Tenaga Kerja
Kenaikan suku bunga bank dan kebijakan BI yang menekan jumlah uang yang beredar yang digunakan untuk berinvestasi pada sector property berkurang. Hal ini membuat pengusaha harus membatasi jumlah pembangunan sehingga upah para buruh atau tenaga kerja berkurang. Oleh sebab itu daya beli buruh akan semakin menurun sehingga mendorong mereka keluar dari pasar sector rill.