Mobil
Murah Vs Mobil Esemka
Akhir-akhir
ini kerap kali kita mendengar isu mobil murah dan mobil esemka. Berita mobil
murah dan mobil esemka menjadi berita baru yang kita dengar saat ini. Dua jenis mobil ini seolah memberi harapan untuk memiliki mobil bagi yang belum
memiliki kendaraan ini. Dari sekian banyak jumlah penduduk Indonesia hanya
sebagian saja yang memiliki kendaraan roda empat ini, dan akan meningkatkan
lagi jumlah pemilik mobil yang ada di Indonesia. Bisa jadi setiap satu keluarga di Indonesia
akan memiliki yang namanya mobil. Pertanyaannya berapa banyak kepala keluarga
di Indonesia yang sekiranya mampu untuk membeli mobil murah dan mobil esemka
ini serta apa dampak yang ditimbulkan oleh peluncuran kedua jenis mobil ini.
Indonesia
memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia saat ini. Jumlah penduduk
yang membludak dan tak terbendung menjadi permasalahan tersendiri bagi bangsa
ini. Jika jumlah penduduk ini terus meningkat, maka negara yang terdiri dari
beribu pulau ini pun akan menjadi sesak dan overcrowded. Sekalipun Cina yang
memiliki luas wilayah yang luas, mereka tetap wanti-wanti dengan masalah jumlah
penduduk. Pemerintah Cina berusaha keras untuk menekan jumlah penduduk mereka.
Apalagi dengan Indonesia yang luas wilayahnya jauh dibawah Cina, tetapi
memiliki jumlah penduduk yang hampir sama dengan jumlah penduduk Cina.
Sayangnya
dari sebagian besar jumlah penduduk Indonesia berada di pulau Jawa, khususnya berada di
ibukota negara ini. semua orang di daerah-daerah pulau besar lainnya di
Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan, Sulauwesi bahkan Papua memilih untuk
tinggal di Jakarta untuk mengais rezeki. Mereka berbondong-bondong datang ke
Jakarta untuk mengadu nasib. Setiap tahun jumlah nya terus meningkat, akibat
mereka yang balik dari mudik membawa saudara ke Jakarta. Lonjakan jumlah
penduduk Jakarta ini membuat situasi di Jakarta sangat sesak seolah Jakarta tak
mampu lagi menampung jumlah penduduk yang sekian banyak.
Kita
akan mempersempit ruang pembicaraan jumlah penduduk ini hanya di daerah Jakarta
saja. Jakarta sebagai kota metropolitan memiliki daya tarik tersendiri bagi
setiap orang di Indonesia ini. Kota yang memiliki fasilitas yang lengkap, aneka
jenis pekerjaan, dan kemegahannya telah membuat orang tertarik untuk datang ke
Jakarta. Jumlah penduduk yang tak terkendali mulai menimbulkan masalah di
Jakarta, mulai dari masalah banjir, kemacetan, daerah kumuh, hingga ke tingkat
kriminalitas yang tinggi. Tingginya jumlah penduduk di Jakarta tidak diimbangi
dengan peningkatan infrastruktur yang ada, membuat tumpang tindih masalah yang
ada. Jakarta sebagai kota yang modern membutuhkan inovasi-inovasi yang mendesak
untuk menjawab permasalahan yang ada.
Tingginya
tingkat mobilitas warga Jakarta, membuat kota ini menjadi kota yang sibuk.
Mulai sebelum matahari terbit, hingga larut malampun masih banyak aktivitas di
Jakarta. Warga Jakarta menjadi pekerja yang sedikit saja untuk singgah di rumah
dan istirahat, disamping mereka harus menghabiskan waktu diperjalanan, dan
tempat mereka bekerja. Setiap hari kerja jalanan dipastikan macet, dan hari
libur pun tetap macet. Sederhananya jalanan tak pernah lengang akibat jumlah
kendaraan yang begitu banyak di Jakarta ini. Hampir setiap kepala keluarga
memiliki kendaraan baik itu hanya memiliki kendaraan roda dua saja, kendaraan
roda empat saja ataupun keduanya tanpa kita memperhitungkan jumlah kendaraan
yang dimiliki oleh setiap kepala keluarga di Jakarta. Jalanan yang tersedia tak
mampu lagi menampung lonjakan kendaraan yan ada. Infrastruktur seperti jalan
tol, transjakarta, dan kereta pun sudah tak mampu berperan dengan baik menjadi
sarana mobilitas.
Langkah-langkah
yang diambil pemerintah, belum mampu menjawab soal kemacetan di Jakarta. Kebijakan
pemerintah seperti adanya jalur transjakarta, jalan tol, kebijakan 3 in 1,
belum mampu mengurai kemacetan. Jalanan yang setiap hari dipastikan ada macet
menjadi hal yang biasa terjadi di Jakarta. Sehingga warga Jakarta dalam
berpergian harus menyediakan waktu khusus untuk diperjalanan, sebagai alokasi
waktu macet. Saat ini pemerintahan Jokowi sedang melakukan pembangungan Mass
Rapid Transit atau MRT untuk menambah infrastruktur yang ada, kita tunggu saja
apakah mampu membendung kemacetan yang ada.
Sederhananya
masalah kemacetan disebabkan oleh sisi jumlah kendaraan yang ada, dan sisi
sarana prasarana yang ada. Jumlah kendaraan yang ada harus diimbangi dengan
fasilitas jalanan yang memadai. Fasilitas jalan sebagai sarana mobilitas yang
ada, seolah masih kurang dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang melaluinya.
Alih-alih transportasi umum yang katanya bisa efektif untuk mengurai kemacetan
juga tak mampu menangani kemacetan. Jumlahnya yang masih kurang dibandingkan
dengan masanya, membuat transportasi ini penuh sesak ketika kita ingin
menaikinya. Pemandangan yang kurang enak dilihat ketika berdesakan menaiki
kereta, transjakarta, hingga kopaja. Kurangnya rasa nyaman dan aman itu lah
yang dirasakan oleh para penumpang kendaraan umum di Jakarta.
Belum
lagi permasalahan macet terselesaikan,
isu baru pun muncul tentang peluncuran dua jenis mobil. Mobil dengan harga
murah dan mobil ciptaan anak negeri. Kedua jenis mobil ini ditawarkan dengan
harga yang jauh dibawah harga mobil saat ini. Tentunya bagi masyarakat yang
mempunyai penghasilan menengah pun tertarik untuk memiliki mobil. Bagi
masyarakat yang awalnya naik transportasi umum ke kantor, setelah peluncuran
mobil ini akan mengendarai mobil sendiri. Ditambah dengan jumlah mobil yang
lebih dari satu dimiliki oleh satu keluarga. Tentunya hal yang semula satu
mobil diisi dengan satu keluarga saat bepergian ke kantor, malah setiap
individu dalam keluarga mengendarai sendiri-sendiri. Tak bisa kita bayangkan
betapa macetnya Jakarta nantinya.
Kita
harus melihat makna lebih dalam dari mobil murah yang ditawarkan pemerintah
ini. Apa dampak dari barang yang ditawarkan ini, apakah hal ini hanya akan
menjadikan kita sebagai korban akibat proyek besar yang dimiliki pemerintah.
Pemerintah pun harus jeli dalam melihat hal ini. Menurut saya mobil murah yang
ditawarkan oleh luar negeri ini sama saja kita menelan mentah-mentah hasil
karya orang lain untuk dipakai di negara kita ini. kita tidak tau apakah ada
permainan dibelakang semua ini.
Agak
sedikit berbeda dengan cerita mobil esemka. Mobil hasil rakitan anak bangsa
ini, mulai diperdengarkan semenjak salah satu Sekolah Tinggi Kejuruan di
Indonesia berhasil merakit dan membuat sebagian alat untuk menjadi sebuah
mobil. Memang kita harus mendukung
sepenuhnya hasil ciptaaan anak bangsa, namun menurut saya hanya waktu dan
lokasi nya salah yang belum tepat untuk diperjualbelikan di Jakarta ini.
Jakarta masih belum terlepas oleh masalah kemacetan dan sesak, apakah
pemerintah akan menambah kemacetan di kota ini. Harusnya pemerintah memberikan
perhatian yang lebih dalam pemecahan masalah kemacetan bukan malah
mempromosikan alat untuk kemacetan.
Seharusnya
pemerintah jika tetap ingin memasarkan mobil ini tentunya harus dibarengi
dengan peningkatan infrastruktur. Lucu saja upaya peningkatan volume kendaraan
tetapi infrastruktur masih segitu-segitu saja. Kalaupun ingin melakukan
peningkatan infrastruktur pasti membutuhkan waktu yang lama, sementara untuk
meningkatkan volume kendaraan sangat gampang sekali. Apakah kita ingin melihat
Jakarta akan lumpuh total akibat kebanyakan kendaraan diatas fasilitas jalanan
yang minim. Sehingga pemerintah masih perlu mengkaji ulang untuk memasarkan
secara besar-besaran kedua jenis mobil ini di Jakarta. Sekali lagi tempat dan
waktu yang masih belum tepat untuk memasarkannya di Jakarta.
Kalaupun
seandainya bangsa ini tetap ingin menghargai karyanya sendiri, mungkin
pengaturan regulasinya juga harus tepat. Pemerintah boleh memasarkan mobil
murah dan mobil esemka, namun bukan Jakarta tempatnya, tetapi masih banyak
tempat atau daerah yang lebih tepat. Mungkin masyarakat selain kota Jakarta
lebih membutuhkan mobil murah dan mobil esemka ini untuk menjadi kendaraan
pribadinya. Namun pemerintah jauh dari itu juga perlu mendahulukan karya bangsa
yang berjaya di negeri sendiri, dibandingkan dengan label murah tapi buatan
luar negeri. Artinya dalam memasarkan nanti perlu regulasi dari pemerintah
bagaimana rasio yang tepat dalam memasarkan antara mobil murah dengan mobil
esemka. jangan sampai produk luar negeri lebih berjaya ketimbang mobil karya
anak negeri.
Mungkin
keinginan pemerintah untuk memasarkan mobil murah dan mobil esemka kali ini,
akan memenuhi harapan bagi warga Indonesia selain Jakarta. Sebutlah warga
Sumatera, warga Kalimantan, Sulauwesi , Papua hingga warga pulau-pulau lainnya
yang ada di Indonesia untuk memenuhi keinginan mereka untuk mempunyai mobil.
Toh d idaerah-daerah tersebut kondisi jalanan mereka masih sanggup untuk
menampung jumlah mobil baru, tanpa ada kemacetan seperti Jakarta. Semoga proyek
mobil murah dan mobil esemka ini dalam aplikasinya nanti benar-benar membawa
esensi nya, untuk memberikan kesempatan bagi masyrakat memiliki mobil sebagai kendaraan mereka
dengan harga yang relativ lebih murah dari pada harga mobil umum lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar