Senin, 14 Oktober 2013

Mobil Murah Vs Mobil Esemka

Mobil Murah Vs Mobil Esemka

Akhir-akhir ini kerap kali kita mendengar isu mobil murah dan mobil esemka. Berita mobil murah dan mobil esemka menjadi berita baru yang kita dengar saat ini.  Dua jenis mobil ini seolah memberi  harapan untuk memiliki mobil bagi yang belum memiliki kendaraan ini. Dari sekian banyak jumlah penduduk Indonesia hanya sebagian saja yang memiliki kendaraan roda empat ini, dan akan meningkatkan lagi jumlah pemilik mobil yang ada di Indonesia.  Bisa jadi setiap satu keluarga di Indonesia akan memiliki yang namanya mobil. Pertanyaannya berapa banyak kepala keluarga di Indonesia yang sekiranya mampu untuk membeli mobil murah dan mobil esemka ini serta apa dampak yang ditimbulkan oleh peluncuran kedua jenis mobil ini.

Indonesia memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia saat ini. Jumlah penduduk yang membludak dan tak terbendung menjadi permasalahan tersendiri bagi bangsa ini. Jika jumlah penduduk ini terus meningkat, maka negara yang terdiri dari beribu pulau ini pun akan menjadi sesak dan overcrowded. Sekalipun Cina yang memiliki luas wilayah yang luas, mereka tetap wanti-wanti dengan masalah jumlah penduduk. Pemerintah Cina berusaha keras untuk menekan jumlah penduduk mereka. Apalagi dengan Indonesia yang luas wilayahnya jauh dibawah Cina, tetapi memiliki jumlah penduduk yang hampir sama dengan jumlah penduduk Cina.


Sayangnya dari sebagian besar jumlah penduduk Indonesia  berada di pulau Jawa, khususnya berada di ibukota negara ini. semua orang di daerah-daerah pulau besar lainnya di Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan, Sulauwesi bahkan Papua memilih untuk tinggal di Jakarta untuk mengais rezeki. Mereka berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk mengadu nasib. Setiap tahun jumlah nya terus meningkat, akibat mereka yang balik dari mudik membawa saudara ke Jakarta. Lonjakan jumlah penduduk Jakarta ini membuat situasi di Jakarta sangat sesak seolah Jakarta tak mampu lagi menampung jumlah penduduk yang sekian banyak.

Kita akan mempersempit ruang pembicaraan jumlah penduduk ini hanya di daerah Jakarta saja. Jakarta sebagai kota metropolitan memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap orang di Indonesia ini. Kota yang memiliki fasilitas yang lengkap, aneka jenis pekerjaan, dan kemegahannya telah membuat orang tertarik untuk datang ke Jakarta. Jumlah penduduk yang tak terkendali mulai menimbulkan masalah di Jakarta, mulai dari masalah banjir, kemacetan, daerah kumuh, hingga ke tingkat kriminalitas yang tinggi. Tingginya jumlah penduduk di Jakarta tidak diimbangi dengan peningkatan infrastruktur yang ada, membuat tumpang tindih masalah yang ada. Jakarta sebagai kota yang modern membutuhkan inovasi-inovasi yang mendesak untuk menjawab permasalahan yang ada.

Tingginya tingkat mobilitas warga Jakarta, membuat kota ini menjadi kota yang sibuk. Mulai sebelum matahari terbit, hingga larut malampun masih banyak aktivitas di Jakarta. Warga Jakarta menjadi pekerja yang sedikit saja untuk singgah di rumah dan istirahat, disamping mereka harus menghabiskan waktu diperjalanan, dan tempat mereka bekerja. Setiap hari kerja jalanan dipastikan macet, dan hari libur pun tetap macet. Sederhananya jalanan tak pernah lengang akibat jumlah kendaraan yang begitu banyak di Jakarta ini. Hampir setiap kepala keluarga memiliki kendaraan baik itu hanya memiliki kendaraan roda dua saja, kendaraan roda empat saja ataupun keduanya tanpa kita memperhitungkan jumlah kendaraan yang dimiliki oleh setiap kepala keluarga di Jakarta. Jalanan yang tersedia tak mampu lagi menampung lonjakan kendaraan yan ada. Infrastruktur seperti jalan tol, transjakarta, dan kereta pun sudah tak mampu berperan dengan baik menjadi sarana mobilitas.

Langkah-langkah yang diambil pemerintah, belum mampu menjawab soal kemacetan di Jakarta. Kebijakan pemerintah seperti adanya jalur transjakarta, jalan tol, kebijakan 3 in 1, belum mampu mengurai kemacetan. Jalanan yang setiap hari dipastikan ada macet menjadi hal yang biasa terjadi di Jakarta. Sehingga warga Jakarta dalam berpergian harus menyediakan waktu khusus untuk diperjalanan, sebagai alokasi waktu macet. Saat ini pemerintahan Jokowi sedang melakukan pembangungan Mass Rapid Transit atau MRT untuk menambah infrastruktur yang ada, kita tunggu saja apakah mampu membendung kemacetan yang ada.

Sederhananya masalah kemacetan disebabkan oleh sisi jumlah kendaraan yang ada, dan sisi sarana prasarana yang ada. Jumlah kendaraan yang ada harus diimbangi dengan fasilitas jalanan yang memadai. Fasilitas jalan sebagai sarana mobilitas yang ada, seolah masih kurang dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang melaluinya. Alih-alih transportasi umum yang katanya bisa efektif untuk mengurai kemacetan juga tak mampu menangani kemacetan. Jumlahnya yang masih kurang dibandingkan dengan masanya, membuat transportasi ini penuh sesak ketika kita ingin menaikinya. Pemandangan yang kurang enak dilihat ketika berdesakan menaiki kereta, transjakarta, hingga kopaja. Kurangnya rasa nyaman dan aman itu lah yang dirasakan oleh para penumpang kendaraan umum di Jakarta.

Belum lagi permasalahan macet  terselesaikan, isu baru pun muncul tentang peluncuran dua jenis mobil. Mobil dengan harga murah dan mobil ciptaan anak negeri. Kedua jenis mobil ini ditawarkan dengan harga yang jauh dibawah harga mobil saat ini. Tentunya bagi masyarakat yang mempunyai penghasilan menengah pun tertarik untuk memiliki mobil. Bagi masyarakat yang awalnya naik transportasi umum ke kantor, setelah peluncuran mobil ini akan mengendarai mobil sendiri. Ditambah dengan jumlah mobil yang lebih dari satu dimiliki oleh satu keluarga. Tentunya hal yang semula satu mobil diisi dengan satu keluarga saat bepergian ke kantor, malah setiap individu dalam keluarga mengendarai sendiri-sendiri. Tak bisa kita bayangkan betapa macetnya Jakarta nantinya.

Kita harus melihat makna lebih dalam dari mobil murah yang ditawarkan pemerintah ini. Apa dampak dari barang yang ditawarkan ini, apakah hal ini hanya akan menjadikan kita sebagai korban akibat proyek besar yang dimiliki pemerintah. Pemerintah pun harus jeli dalam melihat hal ini. Menurut saya mobil murah yang ditawarkan oleh luar negeri ini sama saja kita menelan mentah-mentah hasil karya orang lain untuk dipakai di negara kita ini. kita tidak tau apakah ada permainan dibelakang semua ini.

Agak sedikit berbeda dengan cerita mobil esemka. Mobil hasil rakitan anak bangsa ini, mulai diperdengarkan semenjak salah satu Sekolah Tinggi Kejuruan di Indonesia berhasil merakit dan membuat sebagian alat untuk menjadi sebuah mobil.  Memang kita harus mendukung sepenuhnya hasil ciptaaan anak bangsa, namun menurut saya hanya waktu dan lokasi nya salah yang belum tepat untuk diperjualbelikan di Jakarta ini. Jakarta masih belum terlepas oleh masalah kemacetan dan sesak, apakah pemerintah akan menambah kemacetan di kota ini. Harusnya pemerintah memberikan perhatian yang lebih dalam pemecahan masalah kemacetan bukan malah mempromosikan alat untuk kemacetan.

Seharusnya pemerintah jika tetap ingin memasarkan mobil ini tentunya harus dibarengi dengan peningkatan infrastruktur. Lucu saja upaya peningkatan volume kendaraan tetapi infrastruktur masih segitu-segitu saja. Kalaupun ingin melakukan peningkatan infrastruktur pasti membutuhkan waktu yang lama, sementara untuk meningkatkan volume kendaraan sangat gampang sekali. Apakah kita ingin melihat Jakarta akan lumpuh total akibat kebanyakan kendaraan diatas fasilitas jalanan yang minim. Sehingga pemerintah masih perlu mengkaji ulang untuk memasarkan secara besar-besaran kedua jenis mobil ini di Jakarta. Sekali lagi tempat dan waktu yang masih belum tepat untuk memasarkannya di Jakarta.

Kalaupun seandainya bangsa ini tetap ingin menghargai karyanya sendiri, mungkin pengaturan regulasinya juga harus tepat. Pemerintah boleh memasarkan mobil murah dan mobil esemka, namun bukan Jakarta tempatnya, tetapi masih banyak tempat atau daerah yang lebih tepat. Mungkin masyarakat selain kota Jakarta lebih membutuhkan mobil murah dan mobil esemka ini untuk menjadi kendaraan pribadinya. Namun pemerintah jauh dari itu juga perlu mendahulukan karya bangsa yang berjaya di negeri sendiri, dibandingkan dengan label murah tapi buatan luar negeri. Artinya dalam memasarkan nanti perlu regulasi dari pemerintah bagaimana rasio yang tepat dalam memasarkan antara mobil murah dengan mobil esemka. jangan sampai produk luar negeri lebih berjaya ketimbang mobil karya anak negeri.


Mungkin keinginan pemerintah untuk memasarkan mobil murah dan mobil esemka kali ini, akan memenuhi harapan bagi warga Indonesia selain Jakarta. Sebutlah warga Sumatera, warga Kalimantan, Sulauwesi , Papua hingga warga pulau-pulau lainnya yang ada di Indonesia untuk memenuhi keinginan mereka untuk mempunyai mobil. Toh d idaerah-daerah tersebut kondisi jalanan mereka masih sanggup untuk menampung jumlah mobil baru, tanpa ada kemacetan seperti Jakarta. Semoga proyek mobil murah dan mobil esemka ini dalam aplikasinya nanti benar-benar membawa esensi nya, untuk memberikan kesempatan bagi masyrakat  memiliki mobil sebagai kendaraan mereka dengan harga yang relativ lebih murah dari pada harga mobil umum lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar