Kamis, 03 Juli 2014

Optimalisasi dan Strategi Keuangan Bank

Optimalisasi dan Strategi Keuangan Bank
a. Dana modal sendiri (dana pihak ke-1), yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank yang terdiri dari :
modal yang disetor
cadangan – cadangan
laba yang ditahan

b. Dana pinjaman dari pihak luar (dana pihak ke-2),yaitu pihak yang memberikan pinjaman dana (uang) pada bank terdiri dari :
pinjaman dari bank –bank lain (call money)
pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain di luar negeri
pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank
pinjaman dari bank sentral (BI)

3. Dana dari masyarakat (dana pihak ke-3), yaitu dana – dana dari masyarakat yang disimpan di bank adalah merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank dan terdiri dari :
 giro (demand deposits)
 deposito (time deposits)
 tabungan (saving)
Alokasi Dana Dalam Manajemen Dana Bank
Tujuannya :
a. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup
b. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi           likuiditas tetap aman (safe).
Alokasi dana – dana bank, pada dasarnya dibagi dalam dua bagian penting dari aktiva bank, yaitu :

Non earning assets (aktiva yang tidak menghasilkan)

Primary reserve

Penanaman dana dalam aktiva   tetap dan investasi

Earning assets (aktiva yang menghasilkan)
Secondary reserve

Kredit (pinjaman yang diberikan)

Investasi dana jangka panjang

Selasa, 01 Juli 2014

Penilaian Melalui Pengendalian Intern terhadap Sistem Kliring Elektronik

Penilaian Melalui Pengendalian Intern terhadap Sistem Kliring Elektronik

Kliring merupakan warkat atau pertukaran data keuangan antar bank baik atas nama bank ataupun atas nama nasabah yang diperhitungkan dengan waktu tertentu. Kliring merupakan salah satu kegiatan dalam dunia perbankan, dimana transaksinya  dilakukan dalam jangkauan satu kota tetapi dengan keterlibatan bank yang berbeda. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta sebagai ibu kota maka volume transaksi kliring pun meningkat drastis. Pada akhir tahun 1989, volume transaksi kliring telah mencapai 82.052 lembar warkat per hari, dengan peserta 613 bank ( Biro Pengembangan Sistem Pembayaran Nasional 1990).  Hal ini menuntut perlu dilakukannya suatu sistem yang  dapat mempercepat transaksi kliring.

Tuntutan perkembangan ekonomi beserta kompleksitasnya, dapat dijawab dengan perkembangan sistem transaksi kliring yang semakin maju. Pada tahun 1994, proses kliring telah diganti dengan sistem semi otomasi.  Empat tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1998, Bank Indonesia menerapkan sistem kliring elektronik di wilayah Jakarta dengan peserta kliring baru sekitar 9 bank.  Namun implementasi kliring elektronik secara menyeluruh baru diterapkan pada tanggal 18 juni 2001.

Tulisan ini berupaya untuk menguji bagaimana sistem dan prosedur sistem kliring elektronik memenuhi elemen-elemen pengendalian intern, serta apa manfaatnya dari sistem kliring elektronik tersebut.  Dimana yang dimaksud dengan sistem kliring elektronik dalam tulisan ini adalah transaksi kliring kredit, yang sudah berbasis paperless atau tanpa dokumen warkat-warkat kliring, dan kliring debet yang masih paperbased atau menggunakan warkat kliring. Elemen-elemen pengendalian intern yaitu: a. lingkungan pengendalian, b. penilaian resiko, c. aktivitas pengendalian, d. informasi dan komunikasi, e. pemantauan.